Minggu, 26 April 2020

Delapan Hal yang Membatalkan Puasa

Delapan Hal Yang Membatalkan Puasa

Selain harus melaksanakan kewajiban-kewajiban pada saat puasa, kita juga dituntut untuk menjaga diri dari hal-hal yang dapat membatalkan puasa. Dalam kitab Fath al-Qarib dijelaskan bahwa perkara yang dapat membatalkan puasa meliputi beberapa hal, berikut perinciannya :
Pertama, sampainya sesuatu ke dalam lubang tubuh dengan disengaja.Maksudnya, puasa yang dijalankan seseorang akan batal ketika adanya benda (‘ain) yang masuk dalam salah satu lubang yang berpangkal pada organ bagian dalam yang dalam istilah fiqih biasa disebut dengan jauf. Seperti mulut, telinga, hidung. Benda tersebut masuk ke dalam jauf dengan kesengajaan dari diri seseorang. Lubang (jauf) ini memiliki batas awal yang ketika benda melewati batas tersebut maka puasa menjadi batal, tapi selama belum melewatinya maka puasa tetap sah. Dalam hidung, batas awalnya adalah bagian yang disebut dengan muntaha khaysum (pangkal insang) yang sejajar dengan mata; dalam telinga, yaitu bagian dalam yang sekiranya tidak terlihat oleh mata; sedangkan dalam mulut, batas awalnya adalah tenggorokan yang biasa disebut dengan hulqum. Puasa batal ketika terdapat benda, baik itu makanan, minuman, atau benda lain yang sampai pada tenggorokan, misalnya. Namun, tidak batal bila benda masih berada dalam mulut dan tidak ada sedikit pun bagian dari benda itu yang sampai pada tenggorokan. Berbeda halnya ketika benda yang masuk dalam jauf seseorang yang sedang berpuasa dilakukan dalam keadaan lupa, atau sengaja tapi ia belum mengerti bahwa masuknya benda pada jauf adalah hal yang dapat membatalkan puasa. Dalam keadaan demikian, puasa yang dilakukan seseorang tetap dihukumi sah selama benda yang masuk dalam jauf tidak dalam volume yang banyak, seperti lupa memakan makanan yang sangat banyak pada saat puasa. Maka ketika hal tersebut terjadi puasa dihukumi batal. (Syekh Zainuddin al-Maliabari, Fath al-Mu’in, juz 1, hal. 259).
Kedua, mengobati dengan cara memasukkan benda (obat atau benda lain) pada salah satu dari dua jalan (qubul dan dubur).Misalnya pengobatan bagi orang yang sedang mengalami ambeien dan juga bagi orang yang sakit dengan memasang kateter urin, maka dua hal tersebut dapat membatalkan puasa.
Ketiga, muntah dengan sengaja.Jika seseorang muntah tanpa disengaja atau muntah secara tiba-tiba (ghalabah) maka puasanya tetap dihukumi sah selama tidak ada sedikit pun dari muntahannya yang tertelan kembali olehnya. Jika muntahannya tertelan dengan sengaja maka puasanya dihukumi batal.
Keempat, melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis (jima’) dengan sengaja.Bahkan, dalam konteks ini terdapat ketentuan khusus: puasa seseorang tidak hanya batal dan tapi ia juga dikenai denda (kafarat) atas perbuatannya. Denda ini adalah berpuasa selama dua bulan berturut-turut. Jika tidak mampu, ia wajib memberi makanan pokok senilai satu mud (0,6 kilogram beras atau ¾ liter beras) kepada 60 fakir miskin. Hal ini tak lain bertujuan sebagai ganti atas dosa yang ia lakukan berupa berhubungan seksual pada saat puasa.
Kelima, keluarnya air mani (sperma) disebabkan bersentuhan kulit.Misalnya, mani keluar akibat onani atau sebab bersentuhan dengan lawan jenis tanpa adanya hubungan seksual. Berbeda halnya ketika mani keluar karena mimpi basah (ihtilam) maka dalam keadaan demikian puasa tetap dihukumi sah. Baca juga: Perbedaan Mani, Madzi dan Wadi.
Keenam, mengalami haid atau nifas pada saat puasa.Selain dihukumi batal puasanya, orang yang mengalami haid atau nifas berkewajiban untuk mengqadha puasanya. Dalam hal ini puasa memiliki konsekuensi yang berbeda dengan shalat dalam hal berkewajiban untuk mengqadha. Sebab dalam shalat orang yang haid atau nifas tidak diwajibkan untuk mengqadha shalat yang ia tinggalkan pada masa haid atau nifas.
Ketujuh, gila (junun) pada saat menjalankan ibadah puasa.Ketika hal ini terjadi pada seseorang di pertengahan melaksanakan puasanya, maka puasa yang ia jalankan dihukumi batal.
Kedelapan, murtad pada saat puasa.Murtad adalah keluarnya seseorang dari agama Islam. Misalnya orang yang sedang puasa tiba-tiba mengingkari keesaan Allah SWT, atau mengingkari hukum syariat yang sudah menjadi konsensus ulama (mujma’ alaih). Di samping batal puasanya, ia juga berkewajiban untuk segera mengucapkan syahadat serta mengqadha puasanya. Delapan hal di atas adalah perkara yang dapat membatalkan puasa, ketika salah satu dari delapan hal tersebut terjadi pada saat puasa, maka puasa yang dijalankan oleh seseorang menjadi batal. 
Semoga ibadah puasa kita pada bulan Ramadhan kali ini diberi kelancaran dan kesempurnaan serta menjadi ibadah yang diterima dan di ridhai oleh Allah SWT.


Ustadz M. Ali Zainal Abidin, pengajar di Pondok Pesantren Annuriyah Kaliwining Rambipuji JemberSumber: https://islam.nu.or.id/post/read/45698/delapan-hal-yang-membatalkan-puasa

Kamis, 31 Juli 2014

ISIS

Asal kelompok jihadis ISIS terbentuk


Negara Islam Irak dan Suriah ISIS (Islamic State of Iraq and Sham)  merupakan kelompok Jihadis yang aktif di Irak dan Suriah.
ISIS dibentuk pada April 2013 dan cikal bakalnya berasal dari al-Qaida di Irak (AQI), tetapi kemudian dibantah oleh al-Qaida.
Kelompok ini menjadi kelompok jihad utama yang memerangi pasukan pemerintah di Suriah dan membangun kekuatan militer di Irak.
Huruf "S" dalam singkatan ISIS berasal dari bahasa arab "al-Sham", yang merujuk ke wilayah Damaskus (Suriah) dan Irak. Tetapi dalam konteks jihad global disebut Levant yang merujuk kepada wilayah di Timur Tengah yang meliputi Israel, Yordania, Lebanon, wilayah Palestina, dan juga wilayah Tenggara Turki. Jumlah mereka tidak diketahui secara pasti, tetapi diperkirakan memiliki ribuan pejuang, termasuk jihadis asing. Koresponden BBC mengatakan tampaknya ISIS akan menjadi kelompok jihadis yang paling berbahaya setelah al-Qaida.

Siapa Abu Bakr al-Baghdadi?
Organisasi ini dipimpin oleh Abu Bakr al-Baghdadi. Hanya sedikit yang mengetahui tentang dia, tetapi dia diyakini lahir di Samarra, bagian utara Baghdad, pada 1971 dan bergabung dengan pemberontak yang merebak sesaat setelah Irak diinvasi oleh AS pada 2003 lalu.
Pada 2010 dia menjadi pemimpin al-Qaida di Irak, salah satu kelompok yang kemudian menjadi ISIS. Baghdadi dikenal sebagai komandan perang dan ahli taktik, analis mengatakan hal itu yang membuat ISIS menjadi menarik bagi para jihadis muda dibandigkan al-Qaeda, yang dipimpin oleh Ayman al-Zawahiri, seorang teolog Islam.
Prof Peter Neumann dari King's College London memperkirakan sekitar 80% pejuang Barat di Suriah telah bergabung dengan kelompok ini. ISIS mengklaim memiliki pejuang dari Inggris, Prancis, Jerman, dan negara Eropa lain, seperti AS, dunia Arab dan negara Kaukakus.

Sumber dana
Tak seperti pemberontak di Suriah, ISIS tampak akan mendirikan kekhalifahan Islam di Suriah dan Irak. Kelompok ini tampak berhasil membangun kekuatan militer. Pada 2013 lalu, mereka menguasai Kota Raqqa di Suriah - yang merupakan ibukota provinsi pertama yang dikuasai pemberontak. Juni 2014, ISIS juga menguasai Mosul, yang mengejutkan dunia. AS mengatakan kejatuhan kota kedua terbesar di Irak merupakan ancaman bagi wilayah tersebut. Kelompok ini mengandalkan pendanaan dari individu kaya di negara-negara Arab, terutama Kuwait dan Arab Saudi, yang mendukung pertempuran melawan Presiden Bashar al-Assad. Saat ini, ISIS disebutkan menguasai sejumlah ladang minyak di wilayah bagian timur Suriah, yang dilaporkan menjual kembali pasokan minyak kepada pemerintah Suriah. ISIS juga disebutkan menjual benda-benda antik dari situs bersejarah.

Prof Neumann yakin sebelum menguasai Mosul pada Juni lalu, ISIS telah memiliki dana serta aset senilai US$900 juta dollar, yang kemudian meningkat menjadi US$2 milliar. Kelompok itu disebutkan mengambil ratusan juta dollar dari bank sentral Irak di Mosul. Dan keuangan mereka semakin besar jika dapat mengontrol ladang minyak di bagian utara Irak. Kelompok ini beroperasi secara terpisah dari kelompok jihad lain di Suriah, al-Nusra Front, afiliasi resmi al-Qaeda di negara tersebut, dan memiliki hubungan yang "tegang" dengan pemberontak lain. Baghdadi mencoba untuk bergabung dengan al-Nusra, yang kemudian menolak tawaran tersebut. Sejak itu, dua kelompok itu beroperasi secara terpisah. Zawahiri telah mendesak ISIS fokus di Irak dan meninggalkan Suriah kepada al-Nusra, tetapi Baghdadi dan pejuangnya menentang pimpinan al-Qaida. Di Suriah, ISIS menyerang pemberontak lain dan melakukan kekerasan terhadap warga sipil pendukung opoisisi Suriah.

Allahu Akbar...!
Wallahu 'alam

UNRWA GAZA

The United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees (UNRWA) says it had sent 17 communiqués that included the coordinates of the Abu Hussein UN-run school in the Jabalia refugee camp to the Israelis to avoid bombing it. The last of these warnings was communicated a few hours before the massacre, according to UNRWA. The deadly Israeli air strike on the school prompted the UN agency to break its silence and challenge the Israeli account of what had happened.

Gaza – This the third time that UNRWA schools have been bombed during this war. The first attack did not lead to casualties, as the Israeli occupation army had sent warnings to the Maghazi School in the central Gaza Strip before shelling it.

“The strikes were sudden and random. People did not realize what was happening and they could not escape.” - Mohammed Awad, journalist The second attack turned into a massacre in Beit Hanoun, in the northern Gaza Strip, killing around 15 refugees. At the time, UNRWA was equivocal about the cause of the attack, and relied on the Israeli account that claimed there had been military activity there. But Wednesday’s massacre took place in a refugee camp that does not have enough room for even a single bullet to be fired. The shelling claimed the lives of 17 people and injured dozens, many critically. 
When the worshippers had finished their prayers at dawn in the mosques of the northern part of the Jabalia refugee camp, and made their way to the shelters at the elementary Abu Hussein School, they did not know they were about to become the victims of a horrific massacre. 

In the beginning, the shells were not directed toward the school, but were random and hit houses in the surrounding area. Suddenly, the Israeli artillery decided to target the school directly, destroying the outer gate, two classrooms at the front and center of the school and adjacent toilets, in addition to three homes near the school. It was a bloodbath with body parts everywhere. Injured people, whose arms or legs were blown off, were paralyzed from shock and could not even scream. Even some animals that were near the gate were killed, and their corpses mingled with those of people. 

Mohammed Awad, a journalist who lives in the area, rushed to document the incident. He said what he had seen was probably the “worst massacre” he encountered since the start of the war. He told Al-Akhbar that he counted up to 15 shells that landed on the school and the street that separates it from surrounding homes, adding, “The strikes were sudden and random. People did not realize what was happening and they could not escape.” 

Awad said that members from both the Najjar and Amoudi families were killed in the attack, in addition to the school’s janitor who was on UNRWA’s payroll, adding, “Eight people died in a single classroom.” The journalist also pointed out that fires broke out at the school as a result, and spread to a fuel tank and an electricity generator. 

According to Awad, the majority of families that sought shelter in the school came from the farmlands in the north, “fleeing with their carts, horses, and donkeys, the source of their livelihoods.” Awad also stressed that there had been no prior warning issued to the school. 

Mohammed Muhanna also witnessed the massacre. He said, “Those who know the area know that it is crowded, and that there is no room to fire rockets from it. The entire area is civilian and the occupation knows it.” Muhanna was among the first to arrive at the scene, and helped transport the injured. He also told Al-Akhbar that there were officials from UNRWA who were checking the schools and surrounding areas to verify whether there was any threat to people’s lives. 

Fuad Abu Qleiq, who was sheltering in the school, said that he stayed behind to collect the body parts at the scene, and expressed his sorrow for the fate of the families that came seeking shelter under UNRWA’s roof. He said angrily, “UNRWA should have protected us, but it couldn’t, and Israel did not show any respect for it.”

Medical sources put the death toll at 17 and said 65 people were injured as a result of the massacre. The sources said that most injuries were critical, some requiring urgent surgery, including cases that cannot be treated in Gaza’s hospitals. 

Faced with the third attack of its kind on its schools, UNRWA blamed Israel for killing women and children at the Abu Hussein School and called for holding Israel accountable, as an UNRWA delegation examined the scene and collected evidence. According to an UNRWA statement, the delegation analyzed shrapnel samples and examined craters from the shelling and other damage. 

The UNRWA statement said, “Last night, children were killed as they slept next to their parents on the floor of a classroom in a UN designated shelter in Gaza. Children killed in their sleep; this is an affront to all of us, a source of universal shame. Today the world stands disgraced.”

The statement continued, “We have visited the site and gathered evidence…Our initial assessment is that it was Israeli artillery that hit our school, in which 3,300 people had sought refuge…These are people who were instructed to leave their homes by the Israeli army.”


Children killed in their sleep; this is an affront to all of us, a source of universal shame. Today the world stands disgraced.” - UNRWA statement UNRWA stressed that the Israeli army had been notified of the exact location of the school and its coordinates, saying, “The precise location of the Jabalia Elementary Girls School and the fact that it was housing thousands of internally displaced people was communicated to the Israeli army seventeen times, to ensure its protection; the last being at ten to nine last night, just hours before the fatal shelling.”
In the same vein, UNRWA Commissioner General Pierre Krähenbühl said, “I condemn in the strongest possible terms this serious violation of international law by Israeli forces.” Krähenbühl added, “This is the sixth time that one of our schools has been struck. Our staff, the very people leading the humanitarian response are being killed. Our shelters are overflowing. Tens of thousands may soon be stranded in the streets of Gaza, without food, water and shelter if attacks on these areas continue.”

Krähenbühl concluded, “We have moved beyond the realm of humanitarian action alone. We are in the realm of accountability. I call on the international community to take deliberate international political action to put an immediate end to the continuing carnage.”

Meanwhile, UNRWA spokesperson Adnan Abu Hasna said that the agency held an emergency meeting, and came out with several decisions including measures to assist the family of the slain janitor, who he said “was the responsibility of the agency.” Abu Hasna said that UNRWA would need to provide for his nine children and offer them support and compensation. 


It should be noted that UNRWA had claimed during the current conflict that it had found weapons in one of its schools. UNRWA rushed to announce this in a statement without investigating the incident following protocol, which helped the Israeli side justify its attacks in front of public opinion. However, the massacre at Abu Hussein was clearly unprovoked and unjustified even by UNRWA and Israeli standards. 

Allah Akbar
Wallahu 'alam.
Pembahasan Lengkap Mengenai NAHDLATUL ULAMA/NU, Pengertian NU, Sejarah Berdirinya

A.   PENDAHULUAN (PENGERTIAN NU)
Mungkin kita sering mendengar istilah NU atau Nahdlatul Ulama’, Namun apakah kita tahu apa sich sebenarnya NU itu ? Nahdlatul Ulama atau yang disingkat NU, adalah sebuah organisasi Islam terbesar di Indonesia, Organisasi yang berdiri pada 31 Januari 1926 dan bergerak di bidang pendidikan, sosial, dan ekonomi. Organisasi ini dinilai sebagai organisasi Kebangkitan Ulama atau Kebangkitan Cendekiawan Islam.

RENUNGAN

Mengenal Sufisme Di Era Modern


Manusia sebagai hamba Allah adalah satu-satunya makhluk yang paling istimewa di antara semua makhluk-Nya yang lain. Di samping dikaruniai akal dan pikiran, manusia ternyata adalah makhluk yang penuh misteri dan penuh rahasia yang menarik untuk dikaji. Misteri ini justru sengaja dibuat Allah agar manusia memiliki rasa antusias yang tinggi untuk menguak dan mendalami keberadaan dirinya sebagai ciptaan Allah, untuk kemudian mengenali siapa penciptanya.

Syekh Ahmad bin Ruslan as-Syafi'i mengemukakan, "Sesuatu yang paling awal diwajibkan atas manusia adalah ma'rifatullah dengan keyakinan". Bahwa sebagai hamba Allah, manusia harus bisa mengenal terlebih dulu siapa yang berhak disembah, untuk kemudian segala proses dan komponen ibadah kepada-Nya tercerminkan di bawah ma'rifatullah. Sebab, ibadah seseorang baik ibadah wajib ataupun sunnah, tidak akan mungkin sah tanpa ma'rifatullah.

Di balik itu, tujuan utama seorang yang berakal adalah bertemu dengan Allah di hari pembalasan nanti, seperti diungkapkan al-Ghazali dalam kitab Ihya' Ulumuddin.
Dengan demikian ada dua hal yang menjadi agenda manusia di hadapan Tuhannya. Ketika seseorang pertama kali ingin memasuki "daerah" Allah, maka ia diwajibkan ma'rifatullah terlebih dahulu. Dan ketika seorang telah mencapai titik final perjalanannya, maka satu-satunya hal yang patut dicita-citakan dan diharapkan adalah hanya liqa’ullah (bertemu dengan Allah). Rentang antara liqa’ullah dan ma'rifatullah inilah yang kemudian melahirkan banyak tuntutan dan konsekuensi sekaligus keterkaitan erat dari dan oleh manusia itu sendiri.

Allah berfirman dalam surah Yunus ayat 57, "Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu nasihat (mau'idhah) dari Tuhanmu dan penyembuh/obat bagi penyakit-penyakit yang berada dalam dada (syifa'uh lima fi al-shudur) dan petunjuk (wa hudan) serta rahmat bagi orang-orang yang beriman (wa rahmatan li al-mu'minin)".
Ayat ini dalam tafsir Ruhul Ma'ani diinterpretasikan sebagai jenjang-jenjang kesempurnaan pada jiwa manusia. Barangsiapa yang berpegang teguh dengan Al-Qur'an, sebagai mau'idhah secara utuh dan tidak parsial, maka ia akan memperoleh seluruh tingkatan kesempurnaan tersebut.
Lebih jauh lagi, Imam Junaedi menafsirkan ayat tersebut sebagai landasan filosofis munculnya klasifikasi syari’at, thariqathaqiqat danma'rifat. Dari kalimat mau'idhah yang mengandung nasihat-nasihat untuk meninggalkan segala hal yang dilarang dan menjalankan perintah-perintah Allah, maka lahirlah syari'at yang kemudian berisi pula anjuran-anjuran untuk membersihkan akhlaq al-mazmumah (perilaku tidak baik) yang dapat dilihat orang lain.

Sedangkan kalimat "syifa'un lima fii al-shudur" memuat segala bentuk usaha penyembuhan penyakit-penyakit ruhani sehingga seorang manusia dapat mencapai strata kesempurnaan dalam pembersihan hatinya dari akidah-akidah yang sesat dan tabiat-tabiat yang hina dan tercela. Ini merupakan filosofi munculnya klasifikasi thariqat. Sementara kalimat "wa hudan " mengisyaratkan kesempurnnan yang lebih tinggi lagi, yakni stratahaqiqat yang hanya mungkin dicapai oleh manusia lewat hidayah yang diberikan Allah.
Tingkatan ini menggambarkan adanya keadaan jiwa manusia yang telah terhiasi oleh akidah dan akhlak yang baik dan mulia, sehingga seseorang dapat meraih "dhuhur al-haq fi qulubi al-shiddiqin", yakni terlihatnya Allah yang Maha Haq di dalam hati para shiddiqin (orang-orang yang tingkat keimanannya setaraf dengan Abu Bakar Shiddiq). Adapun kalimat "wa rahmatan li al-mu'minin" memberi dalil akan tercapainya kesempurnaan yang paling tinggi yaitu ma'rifat, bahwa seseorang telah meraih "tajalla anwar al-uluhiyah" (terpancarnya cahaya ketuhanan) yang abadi. Dengan "al-anw'ar al-uluhiyah" ini seseorang dapat memiliki pengaruh positif terhadap mu'min lainnya.
Berkenaan dengan hal tersebut, Abu Bakar al-Makky punya pendapat yang intinya, bahwa jalan menuju kebahagiaan akhirat adalah terpenuhinya ketiga hal syari'atthariqat dan haqiqat. Ketiga hal ini tidak boleh terlewatkan salah satunya, akan tetapi haruslah lengkap dan berurutan satu sama lain. Sebab Abu Bakar menggambarkan ketiga hal itu dengan pendapatnya yang lain:

''Syari'at itu seperti sebuah perahu, sedangkan thariqat adalah lautan, sementara haqiqat adalah mutiara yang terendam di dasar laut".

Adapun tasawuf (sufisme) oleh banyak ulama masih diperdebatkan definisinya dengan seribu pendapat. Salah satu definisi tersebut adalah seperti yang dikemukakan Abu Zakariya al-Anshari:
"Suatu sikap memurnikan hati di hadapan Allah dan memandang remeh atau rendah terhadap selain Allah".

Sehingga dengan definisi ini dapat diambil pengertian, tasawuf adalah refleksi perasaan ketuhanan yang sangat tinggi, agung dan suci terhadap segala pelaksanaan ketiga (atau keempat) hal di atas.
Abad XXI sering dilukiskan sebagai suatu masa yang berperadaban tinggi. Orang tak lagi membicarakan atau merisaukan hal-hal yang masih bersifat permulaan atau masih mentah. Kecenderungan-kecenderungan yang ada hanyalah dominasi sikap ingin serba praktis, mengenakkan dan lebih mudah. Hal ini jelas tersiasati dari hasil-hasil produksi teknologi mutakhir yang mampu membikin manusia sebagai makhluk "serba manja".
Bersamaan dengan itu, persaingan masalah-masalah sosial dan pelaku-pelaku sosial itu sendiri, muncul sebagai efek lain dari modernitas zaman. Gesekan demi gesekan yang timbul dari berjalannya kepentingan masing-masing individu tanpa diimbangi dengan nilai-nilai spiritual, akan meninggalkan keresahan-keresahan tersendiri. Pola-pola perilaku dan sikap hidup serta pandangan yang individualistis akan menempatkan manusia pada titik-titik jenuh kehidupan komunitas kolektif, sehingga pada gilirannya manusia justru acuh tak acuh terhadap lingkungannya sendiri.

Titik-titik jenuh itulah yang kemudian membuat orang cenderung lari mencari. "dunia lain" yang lebih menjanjikan kedamaian dan ketenteraman. Maka agama pun agaknya menjadi alternatif paling tepat untuk mengubah keresahan tersebut, meskipun demikian hal itu tidak bisa dipahami sebagai suatu justifikasi tentang adanya asumsi bahwa agama adalah kompensasi kejenuhan-kejenuhan modernitas zaman.
Komponen sufisme seperti zuhudkhalwah dan 'uzlah ternyata dalam banyak kasus di belantara zaman modern ini, masih saja tidak kehilangan relevansinya sama sekali. Zuhud oleh para ulama didefinisikan sebagai sikap meninggalkan ketergantungan hati pada harta benda (materi), meskipun tidak berarti antipati terhadapnya. Seorancg zahid bisa saja mempunyai kekayaan yang berlimpah, akan tetapi tidak kumanthil(terpengaruh) di dalam hati.

Begitu juga 'uzlah yang oleh Abu Bakar didefinisikan sebagai, "al-tafarrud 'an al-khalq" (memisahkan diri dari makhluk lain). Sikap ini terhitung sangat dianjurkan untuk diamalkan, ketika zaman dilanda pergeseran nilai-nilai Islam dan segala aturan normatifnya. Ketika seseorang khawatir terhadap fitnah yang akan menyebabkan kehidupan keagamannnya berkurang intensitasnya, 'uzlah adalah salah satu sikap yang dapat menjawab tantangan itu.
Akan tetapi, apabila segala kekhawatiran tersebut tidak terlalu memprihatinkan, zuhud justru dipraktikkan dengan berkumpul dan bermasyarakat sebagaimana lazimnya, untuk `amar ma'ruf nahi munkar. Lebih jauh lagi, para ulama sepakat, zuhud atau 'uzlah dapat dilaksanakan hanya sekadar dengan hati dan perasaan, sehingga meskipun seseorang -misalnya- sedang berada di tengah keramaian sebuah pasar, akan tetapi dalam hatinya ia merasa menyendiri untuk mencari Tuhannya.

Sufisme memandang dunia ini sebagai sebuah jembatan yang harus dilalui untuk menuju akhirat. Dalam ajaran sufisme ditemui adanya anjuran-anjuran untuk mempertinggi etos kerja. Seseorang yang mendalami tasawuf juga diperintahkan untuk bekerja mencari penghasilan bagi kehidupan sehari-harinya. Seseorang sama sekali tidak diperkenankan berpasrah diri dan tawakal kepada Allah SWT, sembari rajin mengerjakan shalat sunnah dan banyak berzikir, sebelum ia memenubi kewajiban-kewajibannya sebagai -misalnya- seorang kepala rumah tangga, mencari nafkah. Akan tetapi kaum sufi lebih memandang dunia laksana api di mana mereka dapat memanfaatkan sebatas kebutuhan, sembari tetap waspada akan bahaya percikan bunga api yang suatu saat akan membakar hangus semuanya. Dalam hal ini mereka berkata:

"Apabila harta benda dikumpulkan, maka haruslah untuk memenuhi kewajiban yang harus dipenuhi, dan bukan untuk kepentingan pribadi secara berlebihan".

Lebih jauh, Syekh Abdul Qadir Jaelani berkata: "Semua harta benda dunia adalah batu ujian yang membuat banyak manusia gagal dan celaka, sehingga membuat mereka lupa terhadap Allah, kecuali jika pengumpulannya dengan niat yang baik untuk akhirat. Maka bila dalam pentasharufannya telah memiliki tujuan yang baik, harta dunia itu pun akan menjadi harta akhirat."

Dengan demikian, sufisme serta segala komponen ajarannya merupakan pengendali moral manusia. Keseluruhan konsep yang ditawarkan sufisme seperti zuhud akan dapat mengurangi kecenderungan pola hidup konsumtifisme dan individualisme yang semakin menggejala di tengah dunia modern. Sufisme dan Islam pada skala yang lebih luas, adalah bentuk tata aturan normatif yang menjanjikan kedamaian dan ketenteraman. Sehingga ketika zaman menghadirkan keresahan-keresahan, seseorang dapat saja menjadikan sufisme atau tasawuf sebagai kompensasi positif. Yang jelas, sufisme adalah suatu ajaran yang lebih banyak berimplikasi langsung dengan hati, jiwa dan perasaan, sehingga ia bukan hadir sebagai trend, mode dan semacamnya. (by. KH. M.A.Sahal Mahfuz)
Sumber : www.nu.or.id 



Wallahu 'alam.

RENUNGAN

Analisis 3 Ayat Surat al-Qiyamah

Gambar menunjukkan hujan meteor di bulan oleh Meteor Leonid tahun 2012 ini dg jumlah 100 meteor/jam

Bahwa waktu Kiamat hanya diketahui oleh Alla SWT, tidak ada khilafiyyah tentang hal itu.Tetapi bahwa Kiamat sudah dekat, juga tidak ada khilafiyyah tentang hal itu.Beberapa hadits seperti Shahih Muslim #5244, #5245, #2951, Tirmidzi As Sunnan #2214, dan Kutubut Tis'ah telah banyak menyebutkan hal itu.Kali ini kita akan melihat 3 ayat dari Al Qiyamah 7-9 yang membicarakan  tentang tanda-tanda tersebut.7. Maka apabila mata terbelalak
8. dan apabila bulan telah hilang cahayanya,
9. dan matahari dan bulan dikumpulkan

Apa yg menyebabkan cahaya bulan hilang?
Kata-kata asli dalam ayat tersebut adalah 'Khasafa'. Kita tentunya ingat akan shalat Khusuf (صلاة الخسوف) yg kita lakukan saat terjadinya gerhana bulan. Jadi salah satu dari tanda kiamat adalah terjadinya 'gerhana'.

Dalam satu riwayat dijelaskan bahwa saat terjadi gerhana bulan, Rasulullah SAW shalat gerhana bulan begitu lamanya sehingga beberapa jemaahnya pingsan karena kelelahan.

Jika melihat hal ini, tentu saja kita bisa melihat bahwa gerhana bulan hanya akan terjadi sesaat saja dan pada posisi di mana bulan masuk bayang-bayang bumi. Jadi bumi terletak antara bulan dan matahari.Tafsir ayat di atas adalah 'bulan telah kehilangan cahayanya' artinya cahaya bulan hilang untuk waktu yg lama.Apa yang memungkinkan hal itu terjadi?

Apa yang bisa menyebabkan bulan kehilangan cahayanya untuk waktu yang lama?

Kata 'khasafa' muncul sebanyak 2x dalam Qur'an yaitu:
QS 28:82 dan QS 75:8

Pada QS 28:82 (لَوْلا أَنْ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا لَخَسَفَ بِنَا), khasafa diterjemahkan sebagai membenamkan. Sehingga khasafa dalam ayat ini memang digambarkan mengenai hilangnya cahaya bulan seolah terjadinya gerhana/terbenam.

Pertanyaannya adalah bagaimana? Kita tahu bahwa bulan itu hanya MEMANTULKAN cahaya dari matahari. Artinya, saat bulan itu seolah terbenam (di satu tempat), maka ia akan seolah terbit di tempat yg lain. Jadi selama bulan mengitari bumi, dan bumi mengitari matahari, dan bumi berputar pada porosnya, seharusnya setiap bagian bumi pasti akan bisa melihat cahaya pantulan tersebut. Dan Qur'an menyatakan bahwa hanya sinarnya yang hilang. Artinya, bukan bulannya yang hancur.

Salah satu yang jawaban yang masuk akal adalah bulan kehilangan kemampuan memantulkannya karena  sinar matahari tidak lagi dipantulkan melainkan dibiaskan ke arah yang berbeda. Jadi terjadi sesuatu pada permukaan bulan sehingga pantulan cahaya matahari tidak lagi sampai ke bumi.

Banyaknya hujan meteor yg terjadi 10 tahun belakangan ini memang mengisyaratkan hal itu.
Hujan meteor (meteor shower) yg menghantam bumi dg kecepatan 160,000 km/jam menghasilkan percikan api saat menghantam atsmosfer bumi. tetapi bulan tidak memiliki atmosfer sehingga kecepatan meteoir saat menghantam permukaan bulan menjadi lebih tinggi dan menghasilkan kehancuran yg lebih besar.

Di permukaan bulan, meteor sebesar bola golf akan menghantam permukaan dg kecepatan 250,000 km/jam dan menghasilkan ledakan yang setara dg beberapa puluh ton dinamit. Dengan jumlah jutaan, maka bisa dibayangkan apa yg terjadi.

Pada kasus hujan meteor di bulan pada tanggal 10 Agustus 2012, Meteor Perseid menghujani bulan dg 80 meteor/jam. Pada saat itu terlihat bahwa cahaya bulan berkedip walau hanya selama 1/30 detik  Tahun ini, selain meteor Perseid, meteor Geminid juga akan menghantam bulan pada Dsesmber 2012.Meteor Geminid akan menghantam 90 persen dari permukaan bulan.

Anda bisa melihat kedipan bulan dengan teleskop berukuran 8 inch.Sejak tahun 2005 sampai saat ini sudah tercatat bahwa bulan kehilangan cahayanya (dalam bentuk kedipan/lunar flash) sebanyak 200 kali.

Dalam kasus bulan, hilangnya kemampuan memantulkan bisa terjadi karena permukaan bulan dihujani meteor sehingga banyaknya pecahan akibat tumbukan itu menghilangkan/menurunkan kemampuan bulan memantulkan cahaya matahari ke bumi.

Matahari dan Bulan dikumpulkan
Bulan dan Matahari dikumpulkan, menunjukkan adanya gerakan. Dalam hal ini tentunya, bulan yang mendekati matahari karena ukurannya. Ayat ini menjelaskan bahwa salah satu tanda adalah bulan sudah tidak lagi dipengaruhi gaya tarik bumi dan menjauh menuju matahari.
Ayat 8 & 9 memperlihatkan bahwa salah satu tanda kiamat adalah hilangnya keseimbangan benda-benda astronomi dalam tata surya kita. Hanya Allah yang Maha Mengetahui.


 Tafsir Al Qiyamah Ayat 1-15
Surah Al Qiyaamah (Hari Kiamat)
Surah ke-75. 40 ayat. Makkiyyah
  بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Ayat 1-15 : Sumpah bahwa kebangkitan setelah mati adalah benar dan huru hara pada hari itu.

  لا أُقْسِمُ بِيَوْمِ الْقِيَامَةِ (١) وَلا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ (٢) أَيَحْسَبُ الإنْسَانُ أَلَّنْ نَجْمَعَ عِظَامَهُ (٣) بَلَى قَادِرِينَ عَلَى أَنْ نُسَوِّيَ بَنَانَهُ   (٤) بَلْ يُرِيدُ الإنْسَانُ لِيَفْجُرَ أَمَامَهُ (٥) يَسْأَلُ أَيَّانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ (٦)فَإِذَا بَرِقَ الْبَصَرُ (٧) وَخَسَفَ الْقَمَرُ (٨) وَجُمِعَ الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ    (٩) يَقُولُ الإنْسَانُ يَوْمَئِذٍ أَيْنَ الْمَفَرُّ (١٠) كَلا لا وَزَرَ (١١) إِلَى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمُسْتَقَرُّ (١٢) يُنَبَّأُ الإنْسَانُ يَوْمَئِذٍ بِمَا قَدَّمَ وَأَخَّرَ (١٣)بَلِ الإنْسَانُ عَلَى نَفْسِهِ بَصِيرَةٌ (١٤) وَلَوْ أَلْقَى مَعَاذِيرَهُ (١٥)
Terjemah Surat Al Qiyamah Ayat 1-15
1. Aku bersumpah dengan hari Kiamat[1],
2. dan aku bersumpah demi jiwa yang selalu menyesali (dirinya sendiri)[2].
3. [3]Apakah manusia[4] mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya (setelah matinya)?[5]
4. (Bahkan) Kami mampu menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna[6].
5. Tetapi manusia hendak membuat maksiat terus menerus[7].
6. Dia bertanya[8], "Kapankah hari kiamat itu?"
7. [9]Maka apabila mata terbelalak (ketakutan)[10],
8. dan bulan pun telah hilang cahayanya[11],
9. lalu matahari dan bulan dikumpulkan[12],
10. pada hari itu manusia berkata, "Ke mana tempat lari?"
11. Tidak![13] Tidak ada tempat berlindung!
12. Hanya kepada Tuhanmu tempat kembali pada hari itu[14].
13. Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya.
14. Bahkan manusia menjadi saksi atas dirinya sendiri[15],
15. dan meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya[16].

[1] Menurut Syaikh As Sa’diy, kata ‘Laa’ di ayat tersebut bukanlah laa naafiyah (yang berarti ‘tidak’), bukan pula laa zaa’idah (sebagai tambahan), bahkan digunakan kata ‘Laa’ ini untuk memulai dan agar kalimat setelahnya diperhatikan. Oleh karena kata ‘Laa’ sering dipakai bersama sumpah, maka tidaklah dipandang aneh memulai dengannya meskipun pada asalnya tidak dipakai untuk memulai. Yang dipakai sumpah dalam ayat ini adalah perkara yang merupakan isi sumpah, yaitu hari Kiamat, hari dimana manusia dibangkitkan setelah matinya; bangun dari kuburnya dan berdiri menunggu keputusan Rabbul ‘aalamin.
[2] Maksudnya, jika ia berbuat kebaikan ia menyesal mengapa tidak berbuat lebih banyak, apalagi kalau ia berbuat kejahatan. Jawaban (isi) terhadap sumpah tersebut adalah, “Kamu pasti akan dibangkitkan.” Dinamakan jiwa tersebut dengan ‘lawwamah’ karena keadaan jiwa tersebut yang selalu menyesali dirinya, tidak tetapnya berada di atas satu keadaan. Di samping itu, ketika mati jiwa itu menyesali perbuatannya. Bahkan jiwa orang mukmin menyalahkan dirinya ketika di dunia karena apa yang dilakukannya berupa sikap meremehkan, kurang memenuhi hak, lalai dsb.
Di ayat ini, Allah Subhaanahu wa Ta'aala menggabung antara bersumpah dengan pembalasan, pembalasan itu sendiri dan orang yang berhak mendapatkan balasan.
[3] Selanjutnya, Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan bahwa sebagian manusia mendustakan kebangkitan atau hari Kiamat.
[4] Yakni orang kafir.
[5] Untuk dibangkitkan dan dihidupkan. Ia menganggap hal itu mustahil karena kebodohannya terhadap kekuasaan Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Oleh karena itulah, pada ayat selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala membantah.
[6] Yakni Kami akan menyusun kembali tulang-belulangnya seperti semula meskipun bagian tulang yang kecil seperti jari. Apabila Allah Subhaanahu wa Ta'aala berkuasa menyusun kembali tulang-belulang yang kecil, lalu bagaimana dengan tulang belulang yang besar?
[7] Yakni dengan mendustakan apa yang ada di depannya, yaitu hari Kiamat. Pendustaan mereka terhadapnya bukanlah karena kurangnya dalil yang menunjukkan demikian, tetapi memang manusia itu lebih menginginkan mendustakan.
[8] Sambil mengolok-olok dan mendustakan.
[9] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan tentang keadaan pada hari Kiamat.
[10] Karena melihat apa yang telah didustakannya atau karena melihat peristiwa yang dahsyat dan mengerikan.
[11] Menjadi gelap.
[12] Padahal sebelumnya belum pernah berkumpul, tetapi pada hari Kiamat Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengumpulkan keduanya. Cahaya bulan diredupkan dan matahari digulung, kemudian keduanya dilemparkan ke dalam neraka agar manusia melihat bahwa keduanya adalah hamba Allah yang ditundukkan-Nya yang tidak berhak disembah dan agar manusia yang menyembahnya mengetahui bahwa mereka berdusta.
[13] Kata ‘Kallaa’ di sini untuk menolak pertanyaan, “Ke mana tempat lari?”
[14] Untuk dihisab dan diberikan balasan.
[15] Maksudnya ayat ini ialah, bahwa anggota-anggota badan manusia menjadi saksi terhadap pekerjaan yang telah mereka lakukan seperti yang disebutkan dalam surah An Nur ayat 24.
[16] Yakni tidak akan diterima alasan-alasannya, sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Maka pada hari itu tidak bermanfaat (lagi) bagi orang-orang yang zalim permintaan uzur mereka, dan tidak pula mereka diberi kesempatan bertobat lagi.” (Terj. Ar Ruum: 57).


Astaghfirullahal'adhim...
Wallahu 'alam bish-shawab.

Wassalam.

Delapan Hal yang Membatalkan Puasa

Delapan Hal Yang Membatalkan Puasa Selain harus melaksanakan kewajiban-kewajiban pada saat puasa, kita juga dituntut untuk menjaga diri da...