Analisis 3 Ayat Surat al-Qiyamah
Gambar
menunjukkan hujan meteor di bulan oleh Meteor Leonid tahun 2012 ini dg jumlah
100 meteor/jam
Bahwa
waktu Kiamat hanya diketahui oleh Alla SWT, tidak ada khilafiyyah tentang hal
itu.Tetapi bahwa Kiamat sudah dekat, juga tidak ada khilafiyyah tentang hal
itu.Beberapa hadits seperti Shahih Muslim #5244, #5245, #2951, Tirmidzi As
Sunnan #2214, dan Kutubut Tis'ah telah banyak menyebutkan hal itu.Kali ini kita
akan melihat 3 ayat dari Al Qiyamah 7-9 yang membicarakan tentang
tanda-tanda tersebut.7. Maka apabila mata terbelalak
8. dan
apabila bulan telah hilang cahayanya,
9. dan
matahari dan bulan dikumpulkan
Apa
yg menyebabkan cahaya bulan hilang?
Kata-kata
asli dalam ayat tersebut adalah 'Khasafa'. Kita tentunya ingat akan shalat
Khusuf (صلاة الخسوف) yg kita lakukan saat terjadinya gerhana bulan. Jadi salah satu
dari tanda kiamat adalah terjadinya 'gerhana'.
Dalam
satu riwayat dijelaskan bahwa saat terjadi gerhana bulan, Rasulullah SAW shalat
gerhana bulan begitu lamanya sehingga beberapa jemaahnya pingsan karena
kelelahan.
Jika
melihat hal ini, tentu saja kita bisa melihat bahwa gerhana bulan hanya akan
terjadi sesaat saja dan pada posisi di mana bulan masuk bayang-bayang bumi.
Jadi bumi terletak antara bulan dan matahari.Tafsir ayat di atas adalah 'bulan
telah kehilangan cahayanya' artinya cahaya bulan hilang untuk waktu yg lama.Apa
yang memungkinkan hal itu terjadi?
Apa
yang bisa menyebabkan bulan kehilangan cahayanya untuk waktu yang lama?
Kata
'khasafa' muncul sebanyak 2x dalam Qur'an yaitu:
QS
28:82 dan QS 75:8
Pada
QS 28:82 (لَوْلا أَنْ مَنَّ اللَّهُ
عَلَيْنَا لَخَسَفَ بِنَا),
khasafa diterjemahkan sebagai membenamkan. Sehingga khasafa dalam ayat ini
memang digambarkan mengenai hilangnya cahaya bulan seolah terjadinya
gerhana/terbenam.
Pertanyaannya
adalah bagaimana? Kita tahu bahwa bulan itu hanya MEMANTULKAN cahaya dari
matahari. Artinya, saat bulan itu seolah terbenam (di satu tempat), maka ia
akan seolah terbit di tempat yg lain. Jadi selama bulan mengitari bumi, dan
bumi mengitari matahari, dan bumi berputar pada porosnya, seharusnya setiap
bagian bumi pasti akan bisa melihat cahaya pantulan tersebut. Dan Qur'an
menyatakan bahwa hanya sinarnya yang hilang. Artinya, bukan bulannya yang hancur.
Salah
satu yang jawaban yang masuk akal adalah bulan kehilangan kemampuan memantulkannya karena
sinar matahari tidak lagi dipantulkan melainkan dibiaskan ke arah yang berbeda.
Jadi terjadi sesuatu pada permukaan bulan sehingga pantulan cahaya matahari
tidak lagi sampai ke bumi.
Banyaknya
hujan meteor yg terjadi 10 tahun belakangan ini memang mengisyaratkan hal itu.
Hujan
meteor (meteor shower) yg menghantam bumi dg kecepatan 160,000 km/jam
menghasilkan percikan api saat menghantam atsmosfer bumi. tetapi bulan tidak
memiliki atmosfer sehingga kecepatan meteoir saat menghantam permukaan bulan menjadi
lebih tinggi dan menghasilkan kehancuran yg lebih besar.
Di
permukaan bulan, meteor sebesar bola golf akan menghantam permukaan dg
kecepatan 250,000 km/jam dan menghasilkan ledakan yang setara dg beberapa puluh
ton dinamit. Dengan jumlah jutaan, maka bisa dibayangkan apa yg terjadi.
Pada
kasus hujan meteor di bulan pada tanggal 10 Agustus 2012, Meteor Perseid
menghujani bulan dg 80 meteor/jam. Pada saat itu terlihat bahwa cahaya bulan
berkedip walau hanya selama 1/30 detik Tahun ini, selain meteor Perseid,
meteor Geminid juga akan menghantam bulan pada Dsesmber 2012.Meteor Geminid
akan menghantam 90 persen dari permukaan bulan.
Anda
bisa melihat kedipan bulan dengan teleskop berukuran 8 inch.Sejak tahun 2005
sampai saat ini sudah tercatat bahwa bulan kehilangan cahayanya (dalam bentuk
kedipan/lunar flash) sebanyak 200 kali.
Dalam
kasus bulan, hilangnya kemampuan memantulkan bisa terjadi karena permukaan
bulan dihujani meteor sehingga banyaknya pecahan akibat tumbukan itu
menghilangkan/menurunkan kemampuan bulan memantulkan cahaya matahari ke bumi.
Matahari
dan Bulan dikumpulkan
Bulan
dan Matahari dikumpulkan, menunjukkan adanya gerakan. Dalam hal ini tentunya,
bulan yang mendekati matahari karena ukurannya. Ayat ini menjelaskan bahwa salah
satu tanda adalah bulan sudah tidak lagi dipengaruhi gaya tarik bumi dan
menjauh menuju matahari.
Ayat
8 & 9 memperlihatkan bahwa salah satu tanda kiamat adalah hilangnya
keseimbangan benda-benda astronomi dalam tata surya kita. Hanya
Allah yang Maha Mengetahui.
Tafsir
Al Qiyamah Ayat 1-15
Surah
Al Qiyaamah (Hari Kiamat)
Surah
ke-75. 40 ayat. Makkiyyah
بِسْمِ اللَّهِ
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan
menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Ayat
1-15 : Sumpah bahwa kebangkitan setelah mati adalah benar dan huru hara pada
hari itu.
لا أُقْسِمُ بِيَوْمِ
الْقِيَامَةِ (١) وَلا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ (٢) أَيَحْسَبُ
الإنْسَانُ أَلَّنْ نَجْمَعَ عِظَامَهُ (٣) بَلَى قَادِرِينَ عَلَى أَنْ نُسَوِّيَ
بَنَانَهُ (٤) بَلْ يُرِيدُ الإنْسَانُ لِيَفْجُرَ أَمَامَهُ (٥)
يَسْأَلُ أَيَّانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ (٦)فَإِذَا بَرِقَ الْبَصَرُ (٧) وَخَسَفَ
الْقَمَرُ (٨) وَجُمِعَ الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ (٩) يَقُولُ
الإنْسَانُ يَوْمَئِذٍ أَيْنَ الْمَفَرُّ (١٠) كَلا لا وَزَرَ (١١) إِلَى رَبِّكَ
يَوْمَئِذٍ الْمُسْتَقَرُّ (١٢) يُنَبَّأُ الإنْسَانُ يَوْمَئِذٍ بِمَا قَدَّمَ
وَأَخَّرَ (١٣)بَلِ الإنْسَانُ عَلَى نَفْسِهِ بَصِيرَةٌ (١٤) وَلَوْ أَلْقَى
مَعَاذِيرَهُ (١٥)
Terjemah
Surat Al Qiyamah Ayat 1-15
1. Aku
bersumpah dengan hari Kiamat[1],
2. dan
aku bersumpah demi jiwa yang selalu menyesali (dirinya sendiri)[2].
3. [3]Apakah manusia[4] mengira, bahwa Kami tidak akan
mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya (setelah matinya)?[5]
4.
(Bahkan) Kami mampu menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna[6].
5.
Tetapi manusia hendak membuat maksiat terus menerus[7].
6. Dia
bertanya[8], "Kapankah hari kiamat
itu?"
8.
dan bulan pun telah hilang cahayanya[11],
9.
lalu matahari dan bulan dikumpulkan[12],
10.
pada hari itu manusia berkata, "Ke mana tempat lari?"
11.
Tidak![13] Tidak ada tempat berlindung!
12.
Hanya kepada Tuhanmu tempat kembali pada hari itu[14].
13.
Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa
yang dilalaikannya.
14.
Bahkan manusia menjadi saksi atas dirinya sendiri[15],
15.
dan meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya[16].
[1] Menurut Syaikh As Sa’diy, kata
‘Laa’ di ayat tersebut bukanlah laa naafiyah (yang berarti ‘tidak’), bukan pula
laa zaa’idah (sebagai tambahan), bahkan digunakan kata ‘Laa’ ini untuk memulai
dan agar kalimat setelahnya diperhatikan. Oleh karena kata ‘Laa’ sering dipakai
bersama sumpah, maka tidaklah dipandang aneh memulai dengannya meskipun pada
asalnya tidak dipakai untuk memulai. Yang dipakai sumpah dalam ayat ini adalah
perkara yang merupakan isi sumpah, yaitu hari Kiamat, hari dimana manusia
dibangkitkan setelah matinya; bangun dari kuburnya dan berdiri menunggu
keputusan Rabbul ‘aalamin.
[2] Maksudnya, jika ia berbuat
kebaikan ia menyesal mengapa tidak berbuat lebih banyak, apalagi kalau ia
berbuat kejahatan. Jawaban (isi) terhadap sumpah tersebut adalah, “Kamu pasti
akan dibangkitkan.” Dinamakan jiwa tersebut dengan ‘lawwamah’ karena
keadaan jiwa tersebut yang selalu menyesali dirinya, tidak tetapnya berada di
atas satu keadaan. Di samping itu, ketika mati jiwa itu menyesali perbuatannya.
Bahkan jiwa orang mukmin menyalahkan dirinya ketika di dunia karena apa yang
dilakukannya berupa sikap meremehkan, kurang memenuhi hak, lalai dsb.
Di
ayat ini, Allah Subhaanahu wa Ta'aala menggabung antara bersumpah dengan
pembalasan, pembalasan itu sendiri dan orang yang berhak mendapatkan balasan.
[3] Selanjutnya, Allah Subhaanahu wa
Ta'aala memberitahukan bahwa sebagian manusia mendustakan kebangkitan atau hari
Kiamat.
[5] Untuk dibangkitkan dan dihidupkan.
Ia menganggap hal itu mustahil karena kebodohannya terhadap kekuasaan Allah
Subhaanahu wa Ta'aala. Oleh karena itulah, pada ayat selanjutnya Allah
Subhaanahu wa Ta'aala membantah.
[6] Yakni Kami akan menyusun kembali
tulang-belulangnya seperti semula meskipun bagian tulang yang kecil seperti
jari. Apabila Allah Subhaanahu wa Ta'aala berkuasa menyusun kembali
tulang-belulang yang kecil, lalu bagaimana dengan tulang belulang yang besar?
[7] Yakni dengan mendustakan apa yang
ada di depannya, yaitu hari Kiamat. Pendustaan mereka terhadapnya bukanlah
karena kurangnya dalil yang menunjukkan demikian, tetapi memang manusia itu
lebih menginginkan mendustakan.
[10] Karena melihat apa yang telah
didustakannya atau karena melihat peristiwa yang dahsyat dan mengerikan.
[12] Padahal sebelumnya belum pernah
berkumpul, tetapi pada hari Kiamat Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengumpulkan
keduanya. Cahaya bulan diredupkan dan matahari digulung, kemudian keduanya
dilemparkan ke dalam neraka agar manusia melihat bahwa keduanya adalah hamba
Allah yang ditundukkan-Nya yang tidak berhak disembah dan agar manusia yang
menyembahnya mengetahui bahwa mereka berdusta.
[15] Maksudnya ayat ini ialah, bahwa
anggota-anggota badan manusia menjadi saksi terhadap pekerjaan yang telah
mereka lakukan seperti yang disebutkan dalam surah An Nur ayat 24.
[16] Yakni tidak akan diterima
alasan-alasannya, sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Maka pada hari itu tidak
bermanfaat (lagi) bagi orang-orang yang zalim permintaan uzur mereka, dan tidak
pula mereka diberi kesempatan bertobat lagi.” (Terj. Ar Ruum: 57).Astaghfirullahal'adhim...
Wallahu 'alam bish-shawab.
Wassalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar