Kamis, 31 Juli 2014

RENUNGAN

Analisis 3 Ayat Surat al-Qiyamah

Gambar menunjukkan hujan meteor di bulan oleh Meteor Leonid tahun 2012 ini dg jumlah 100 meteor/jam

Bahwa waktu Kiamat hanya diketahui oleh Alla SWT, tidak ada khilafiyyah tentang hal itu.Tetapi bahwa Kiamat sudah dekat, juga tidak ada khilafiyyah tentang hal itu.Beberapa hadits seperti Shahih Muslim #5244, #5245, #2951, Tirmidzi As Sunnan #2214, dan Kutubut Tis'ah telah banyak menyebutkan hal itu.Kali ini kita akan melihat 3 ayat dari Al Qiyamah 7-9 yang membicarakan  tentang tanda-tanda tersebut.7. Maka apabila mata terbelalak
8. dan apabila bulan telah hilang cahayanya,
9. dan matahari dan bulan dikumpulkan

Apa yg menyebabkan cahaya bulan hilang?
Kata-kata asli dalam ayat tersebut adalah 'Khasafa'. Kita tentunya ingat akan shalat Khusuf (صلاة الخسوف) yg kita lakukan saat terjadinya gerhana bulan. Jadi salah satu dari tanda kiamat adalah terjadinya 'gerhana'.

Dalam satu riwayat dijelaskan bahwa saat terjadi gerhana bulan, Rasulullah SAW shalat gerhana bulan begitu lamanya sehingga beberapa jemaahnya pingsan karena kelelahan.

Jika melihat hal ini, tentu saja kita bisa melihat bahwa gerhana bulan hanya akan terjadi sesaat saja dan pada posisi di mana bulan masuk bayang-bayang bumi. Jadi bumi terletak antara bulan dan matahari.Tafsir ayat di atas adalah 'bulan telah kehilangan cahayanya' artinya cahaya bulan hilang untuk waktu yg lama.Apa yang memungkinkan hal itu terjadi?

Apa yang bisa menyebabkan bulan kehilangan cahayanya untuk waktu yang lama?

Kata 'khasafa' muncul sebanyak 2x dalam Qur'an yaitu:
QS 28:82 dan QS 75:8

Pada QS 28:82 (لَوْلا أَنْ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا لَخَسَفَ بِنَا), khasafa diterjemahkan sebagai membenamkan. Sehingga khasafa dalam ayat ini memang digambarkan mengenai hilangnya cahaya bulan seolah terjadinya gerhana/terbenam.

Pertanyaannya adalah bagaimana? Kita tahu bahwa bulan itu hanya MEMANTULKAN cahaya dari matahari. Artinya, saat bulan itu seolah terbenam (di satu tempat), maka ia akan seolah terbit di tempat yg lain. Jadi selama bulan mengitari bumi, dan bumi mengitari matahari, dan bumi berputar pada porosnya, seharusnya setiap bagian bumi pasti akan bisa melihat cahaya pantulan tersebut. Dan Qur'an menyatakan bahwa hanya sinarnya yang hilang. Artinya, bukan bulannya yang hancur.

Salah satu yang jawaban yang masuk akal adalah bulan kehilangan kemampuan memantulkannya karena  sinar matahari tidak lagi dipantulkan melainkan dibiaskan ke arah yang berbeda. Jadi terjadi sesuatu pada permukaan bulan sehingga pantulan cahaya matahari tidak lagi sampai ke bumi.

Banyaknya hujan meteor yg terjadi 10 tahun belakangan ini memang mengisyaratkan hal itu.
Hujan meteor (meteor shower) yg menghantam bumi dg kecepatan 160,000 km/jam menghasilkan percikan api saat menghantam atsmosfer bumi. tetapi bulan tidak memiliki atmosfer sehingga kecepatan meteoir saat menghantam permukaan bulan menjadi lebih tinggi dan menghasilkan kehancuran yg lebih besar.

Di permukaan bulan, meteor sebesar bola golf akan menghantam permukaan dg kecepatan 250,000 km/jam dan menghasilkan ledakan yang setara dg beberapa puluh ton dinamit. Dengan jumlah jutaan, maka bisa dibayangkan apa yg terjadi.

Pada kasus hujan meteor di bulan pada tanggal 10 Agustus 2012, Meteor Perseid menghujani bulan dg 80 meteor/jam. Pada saat itu terlihat bahwa cahaya bulan berkedip walau hanya selama 1/30 detik  Tahun ini, selain meteor Perseid, meteor Geminid juga akan menghantam bulan pada Dsesmber 2012.Meteor Geminid akan menghantam 90 persen dari permukaan bulan.

Anda bisa melihat kedipan bulan dengan teleskop berukuran 8 inch.Sejak tahun 2005 sampai saat ini sudah tercatat bahwa bulan kehilangan cahayanya (dalam bentuk kedipan/lunar flash) sebanyak 200 kali.

Dalam kasus bulan, hilangnya kemampuan memantulkan bisa terjadi karena permukaan bulan dihujani meteor sehingga banyaknya pecahan akibat tumbukan itu menghilangkan/menurunkan kemampuan bulan memantulkan cahaya matahari ke bumi.

Matahari dan Bulan dikumpulkan
Bulan dan Matahari dikumpulkan, menunjukkan adanya gerakan. Dalam hal ini tentunya, bulan yang mendekati matahari karena ukurannya. Ayat ini menjelaskan bahwa salah satu tanda adalah bulan sudah tidak lagi dipengaruhi gaya tarik bumi dan menjauh menuju matahari.
Ayat 8 & 9 memperlihatkan bahwa salah satu tanda kiamat adalah hilangnya keseimbangan benda-benda astronomi dalam tata surya kita. Hanya Allah yang Maha Mengetahui.


 Tafsir Al Qiyamah Ayat 1-15
Surah Al Qiyaamah (Hari Kiamat)
Surah ke-75. 40 ayat. Makkiyyah
  بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Ayat 1-15 : Sumpah bahwa kebangkitan setelah mati adalah benar dan huru hara pada hari itu.

  لا أُقْسِمُ بِيَوْمِ الْقِيَامَةِ (١) وَلا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ (٢) أَيَحْسَبُ الإنْسَانُ أَلَّنْ نَجْمَعَ عِظَامَهُ (٣) بَلَى قَادِرِينَ عَلَى أَنْ نُسَوِّيَ بَنَانَهُ   (٤) بَلْ يُرِيدُ الإنْسَانُ لِيَفْجُرَ أَمَامَهُ (٥) يَسْأَلُ أَيَّانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ (٦)فَإِذَا بَرِقَ الْبَصَرُ (٧) وَخَسَفَ الْقَمَرُ (٨) وَجُمِعَ الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ    (٩) يَقُولُ الإنْسَانُ يَوْمَئِذٍ أَيْنَ الْمَفَرُّ (١٠) كَلا لا وَزَرَ (١١) إِلَى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمُسْتَقَرُّ (١٢) يُنَبَّأُ الإنْسَانُ يَوْمَئِذٍ بِمَا قَدَّمَ وَأَخَّرَ (١٣)بَلِ الإنْسَانُ عَلَى نَفْسِهِ بَصِيرَةٌ (١٤) وَلَوْ أَلْقَى مَعَاذِيرَهُ (١٥)
Terjemah Surat Al Qiyamah Ayat 1-15
1. Aku bersumpah dengan hari Kiamat[1],
2. dan aku bersumpah demi jiwa yang selalu menyesali (dirinya sendiri)[2].
3. [3]Apakah manusia[4] mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya (setelah matinya)?[5]
4. (Bahkan) Kami mampu menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna[6].
5. Tetapi manusia hendak membuat maksiat terus menerus[7].
6. Dia bertanya[8], "Kapankah hari kiamat itu?"
7. [9]Maka apabila mata terbelalak (ketakutan)[10],
8. dan bulan pun telah hilang cahayanya[11],
9. lalu matahari dan bulan dikumpulkan[12],
10. pada hari itu manusia berkata, "Ke mana tempat lari?"
11. Tidak![13] Tidak ada tempat berlindung!
12. Hanya kepada Tuhanmu tempat kembali pada hari itu[14].
13. Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya.
14. Bahkan manusia menjadi saksi atas dirinya sendiri[15],
15. dan meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya[16].

[1] Menurut Syaikh As Sa’diy, kata ‘Laa’ di ayat tersebut bukanlah laa naafiyah (yang berarti ‘tidak’), bukan pula laa zaa’idah (sebagai tambahan), bahkan digunakan kata ‘Laa’ ini untuk memulai dan agar kalimat setelahnya diperhatikan. Oleh karena kata ‘Laa’ sering dipakai bersama sumpah, maka tidaklah dipandang aneh memulai dengannya meskipun pada asalnya tidak dipakai untuk memulai. Yang dipakai sumpah dalam ayat ini adalah perkara yang merupakan isi sumpah, yaitu hari Kiamat, hari dimana manusia dibangkitkan setelah matinya; bangun dari kuburnya dan berdiri menunggu keputusan Rabbul ‘aalamin.
[2] Maksudnya, jika ia berbuat kebaikan ia menyesal mengapa tidak berbuat lebih banyak, apalagi kalau ia berbuat kejahatan. Jawaban (isi) terhadap sumpah tersebut adalah, “Kamu pasti akan dibangkitkan.” Dinamakan jiwa tersebut dengan ‘lawwamah’ karena keadaan jiwa tersebut yang selalu menyesali dirinya, tidak tetapnya berada di atas satu keadaan. Di samping itu, ketika mati jiwa itu menyesali perbuatannya. Bahkan jiwa orang mukmin menyalahkan dirinya ketika di dunia karena apa yang dilakukannya berupa sikap meremehkan, kurang memenuhi hak, lalai dsb.
Di ayat ini, Allah Subhaanahu wa Ta'aala menggabung antara bersumpah dengan pembalasan, pembalasan itu sendiri dan orang yang berhak mendapatkan balasan.
[3] Selanjutnya, Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan bahwa sebagian manusia mendustakan kebangkitan atau hari Kiamat.
[4] Yakni orang kafir.
[5] Untuk dibangkitkan dan dihidupkan. Ia menganggap hal itu mustahil karena kebodohannya terhadap kekuasaan Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Oleh karena itulah, pada ayat selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala membantah.
[6] Yakni Kami akan menyusun kembali tulang-belulangnya seperti semula meskipun bagian tulang yang kecil seperti jari. Apabila Allah Subhaanahu wa Ta'aala berkuasa menyusun kembali tulang-belulang yang kecil, lalu bagaimana dengan tulang belulang yang besar?
[7] Yakni dengan mendustakan apa yang ada di depannya, yaitu hari Kiamat. Pendustaan mereka terhadapnya bukanlah karena kurangnya dalil yang menunjukkan demikian, tetapi memang manusia itu lebih menginginkan mendustakan.
[8] Sambil mengolok-olok dan mendustakan.
[9] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan tentang keadaan pada hari Kiamat.
[10] Karena melihat apa yang telah didustakannya atau karena melihat peristiwa yang dahsyat dan mengerikan.
[11] Menjadi gelap.
[12] Padahal sebelumnya belum pernah berkumpul, tetapi pada hari Kiamat Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengumpulkan keduanya. Cahaya bulan diredupkan dan matahari digulung, kemudian keduanya dilemparkan ke dalam neraka agar manusia melihat bahwa keduanya adalah hamba Allah yang ditundukkan-Nya yang tidak berhak disembah dan agar manusia yang menyembahnya mengetahui bahwa mereka berdusta.
[13] Kata ‘Kallaa’ di sini untuk menolak pertanyaan, “Ke mana tempat lari?”
[14] Untuk dihisab dan diberikan balasan.
[15] Maksudnya ayat ini ialah, bahwa anggota-anggota badan manusia menjadi saksi terhadap pekerjaan yang telah mereka lakukan seperti yang disebutkan dalam surah An Nur ayat 24.
[16] Yakni tidak akan diterima alasan-alasannya, sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Maka pada hari itu tidak bermanfaat (lagi) bagi orang-orang yang zalim permintaan uzur mereka, dan tidak pula mereka diberi kesempatan bertobat lagi.” (Terj. Ar Ruum: 57).


Astaghfirullahal'adhim...
Wallahu 'alam bish-shawab.

Wassalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Delapan Hal yang Membatalkan Puasa

Delapan Hal Yang Membatalkan Puasa Selain harus melaksanakan kewajiban-kewajiban pada saat puasa, kita juga dituntut untuk menjaga diri da...